Untuk kali ini saja, izinkan aku menuliskan mimpiku, mimpimu, mimpi kita, merajutnya dalam kata dan membuatnya menjadi lebih indah..
Dinginnya malam dan suasana bising di tengah terminal Ubung
belum mampu membuyarkan lamunannya. Entah apa yang dipikirkan laki-laki tampan
itu, ia terlihat duduk termenung di kursi tunggu, menanti dengan resah bis yang belum juga
datang, beberapa kali ia melirik kearah jam tangannya sambil menghela nafas,
dalam 30 menit sudah 2 kali ia
meliriknya. Tangannya yang dingin mulai merogoh saku jaket untuk mengambil
handphone, jemarinya menjejalkan earphone ke telinga, tangan yang satu masih
sibuk berkutat dengan tombol-tombol untuk memutar playlist lagu favoritnya.
Telinganya sudah terlalu hafal semua lagu yang ada diplaylistnya itu, namum ia
tetap terlihat menikmati setiap nada-nada lagunya. Sesaat kemudian perhatian
pada layar handphonenya memudar, bis yang telah ditunggunya mulai muncul dari
kejauhan. Ia meletakkan ransel di punggungnya dan berjalan menaiki bis kemudian
duduk di salah satu bangku yang kosong.
Bis mulai bergerak berjalan perlahan meninggalkan terminal
Ubung menuju pelabuhan Gilimanuk. Laki-laki itu masih mengarahkan matanya pada
keramaian yang ada di luar melalui jendela bis. Ia masih ingin sedikit
menikmati suasana riuh itu namun hanya sedetik karena detik berikutnya
pikirannya sudah melayang pada seseorang yang jauh di sana. Seseorang yang akan
segera dijumpainya. Matanya terpejam, raut wajahnya terlihat lelah karena
aktivitas yang ia lakukan sejak pagi. Terbayang dalam benaknya pesan dari
ibunya, wajah seseorang yang selalu hadir dalam mimpinya dan ia mulai
terlelap.
Bunyi bel dari kapal yang akan merapat dan meninggalkan
dermaga sudah terdengar dari jauh bahkan sebelum bis memasuki area pelabuhan.
Bunyi khas bel kapal dan segala hiruk-pikuk yang ada itu kini seolah
menusuk-nusuk telinganya, membuatnya terjaga dan bangkit, memaksa kakinya untuk
bergegas melangkah menaiki kapal feri yang akan membawanya menyeberangi selat
bali, meninggalkan Pulau Dewata menuju pelabuhan Ketapang, dari atas geladak
kapal pandangannya mengedar ke sekeliling, matanya yang teduh memperhatikan
aktivitas yang terjadi di sekitar pelabuhan, semua yang dilihat tampak tidak
asing lagi baginya. Beberapa kali ia pernah
ke pelabuhan Gilimanuk, namun kali ini tujuan dan alasannya berbeda. Seseorang
yang telah lama menanti kedatangannya dan yang akan ia temui nanti adalah
alasan mengapa ia berada di pelabuhan itu.
Malam kian larut, kapal mulai mengubah haluannya bergeser
meninggalkan dermaga mengarungi lautan. Laki-laki itu masih terdiam di atas
geladak kapal, suara kapal yang menerjang ombak terdengar samar, angin laut
menerpa lembut wajahnya yang tirus, ia masih memandang pelabuhan yang kian lama
terlihat mengecil, dari kejauhan Pelabuhan Gilimanuk tampak begitu indah,
gemerlap cahaya lampu kota terlihat terang benderang di tengah lautan yang
gelap, namun ia hanya sekedar memandang karena keindahan itu lewat begitu saja
di matanya, pandangannya menerawang jauh dalam harapan, mimpi dan
angan-angannya.
Hamparan langit yang membiru dan ufuk timur yang mulai
menguning menyambutnya di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. Senyum yang
tersungging di wajah adalah caranya bersyukur dan menikmati kehangatan pagi
itu. Dadanya berdebar sehingga beberapa kali ia harus menarik nafas dalam dan
menghembuskannya perlahan. Inilah kali pertama ia menginjakkan kakinya lagi di
pulau jawa setelah beberapa tahun lalu ia meninggalkan pulau itu. Rasa rindu
yang tertahan perlahan kembali merayapi hatinya. Ada rasa penasaran, gugup, juga
senang berkonspirasi di dadanya. Hanya tinggal selangkah lagi, sedikit
kesabaran lagi untuk dapat mewujudkan mimpinya, menemui seseorang yang telah
menjadi alasannya untuk pergi sejauh ini, seorang gadis yang telah tertambat di
hatinya. Baru memikirkannya saja semua kelelahan yang dirasakannya selama di
kapal serasa musnah seketika, langkahnya meringan, bahkan sangat ringan hingga
merasa tidak sedang berjalan. Itulah sedikit dari kegilaan cinta yang ia
rasakan.
Perjalanan berlanjut, dari Banyumas ia masih harus menempuh
perjalanan darat selama 8 jam lagi untuk dapat sampai di kota tujuannya Sragen,
Jawa Tengah. Matahari kian meninggi, bis Bali - Jogja yang dinaikinya terus
melaju melewati beberapa kota di Jawa Timur. Di sepanjang perjalanan terlihat barisan
bukit yang menjulang pada dataran tinggi, jalanan yang meliuk-liuk di dataran
rendah dan jajaran pohon di hutan karet. Tengah hari bis telah memasuki
perbatasan jawa timur dan jawa tengah, ia dapat menghembuskan nafas lega
sekarang, ia kembali menghempaskan diri di tempat duduknya dan menunggu bis
tiba di Terminal Pilangsari.
Udara yang panas menyibak rambut laki-laki itu ketika pintu
bis di buka. Sekarang ia telah berada di tengah terminal Pilangsari, kakinya
terus melangkah menyusuri jalan, semua hal terasa kelu untuk dilakukan dan ia
begitu gugup. Tangannya menggenggam handphone, mengecek beberapa pesan singkat
yang masuk. Ia mulai bertanya-tanya dalam hati, sungguh ia sudah tidak kuasa
menahan degup jantungnya yang semakin cepat berpacu. Ia terus menoleh ke segala
penjuru untuk dapat menemukan sesosok gadis yang dicarinya di antara kerumunan
orang yang berlalu lalang. Pandangannya berhenti, di seberang jalan ia melihat
seorang gadis melambaikan tangan sambil tersenyum kearahnya. Laki-laki itu
mengerjap-ngerjap dan menyipitkan matanya, mencoba untuk lebih mempertajam
pandangannya. Gadis itu tinggi, bertubuh ramping, berambut hitam panjang dan
berkulit putih. Gadis itu menyeberang jalan masih dengan senyuman di wajahnya,
berjalan menghampiri kemudian memeluknya, laki-laki itu tersenyum, ia meraih
tangan gadis itu dan membelai lembut rambut hitam panjangnya. Mata mereka
bertemu. Dadanya kini semakin berdebar cepat. Rona merah menghiasi pipi
keduanya. Mereka tau itulah awal dari pertemuan mereka, awal dari cerita mereka
dan awal dari segalanya ..
*The
end*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar