Ku pandangi awan mendung dari jendela
kamarku. Ku rasa musim ini angkasa dan aku sama. Sedang sama-sama diredupi
matahari dan ditutupi gumpalan mendung. Terpaan keras angin yang menghantam
kaca jendela membuatku menutup kedua mata, aku pun kini mulai menghempaskan
nafasku dengan keras. Satu dua tetes bulir hujan mulai meluncur dari awan-awan
diatas sana, bersamaan dengan menetesnya butiran air yang sedari tadi telah
menggenang di sudut mataku.
Aku membenamkan mukaku di bantal
dan mulai terisak. Melepaskan semua kesedihanku dengan menangis. Aku masih mencoba
memahami keadaanku. Mencoba menyadari bahwa kamu sudah tidak lagi disisiku. Tapi
entah mengapa semakin aku berusaha untuk melupakanmu, bayangmu menjadi semakin
nyata. Aku masih dalam harapan semuku. Berharap kamu masih ada di sini
memelukku, menghapus air mataku dan menggantinya dengan senyuman. Harapan
semuku tak ubahnya seperti langit di bulan November yang berharap kedatangan pelangi.
Sudah berjam-jam lamanya aku menangis, aku
yakin mataku sudah sangat sembab. Untuk sesaat aku terbawa lamunan tentangmu. Semua kisah yang
telah kita lewati masih tersimpan rapi dalam ingatan dan hatiku walaupun begitu
menyisakan nyeri tiap kali aku mengingatnya. Semua canda tawa yang kita lalui
bersama masih terkenang di benakku. Otakku masih sibuk memutar
kenangan-kenangan kita hingga aku merasa semua itu baru kita lewati kemarin dan
sekarang aku dihempaskan lagi di negeri kenyataan, dihadapkan lagi pada
kenyataan bahwa kamu tidak menemaniku seperti dulu lagi. Sesak.
Semua kenangan kita, aku tidak berniat
membuangnya dan tidak akan pernah membuangnya. Aku ingin semua
potongan-potongan kisah kita tetap ada pada tempatnya, tetap menghuni hamparan
kosong disudut hatiku. Jika kamu tidak bisa berada di sisiku biarlah
potongan-potongan kisah kita yang menggantikanmu dan menjadi temanku. Ku rasa bagian dari diriku akan
selalu menunggumu. Menunggumu berbalik arah dan melihatku kembali.
Aku tidak pernah keberatan menunggu siapapun, berapa lamapun, selama
aku – mencintainya. aku
tak pernah keberatan menunggu siapapun, yang ku maksud itu kamu. Berapa
lamapun, berapa lamapun sampai kamu mulai peka akan perasaanku ini, saat kamu
mulai mengerti bahwa aku mencintaimu. Selama aku mencintainya, selama aku masih
menyimpan rasa ini untukmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar